Reggae
merupakan musik yang cukup banyak diminati oleh para pencinta musik,
walaupun tidak termasuk musik mainstream, namun Reggae tetap tidak akan
pernah hilang ataupun musnah. Sampai kapan pun.
Musik Reggae sendiri pertama kali ditemukan di Jamaica pada akhir tahun 1960-an. Jamaica merupakan sebuah negara yang memiliki budaya yang sangat menarik untuk dicermati, dan salah satunya ialah musik. Sebenarnya tidak hanya Reggae saja yang dimiliki oleh jamaica, karena mereka juga memiliki Ska, Rocksteady, dan DUB.
Reggae sendiri memiliki beat yang cukup slow namun tetap dapat membuat pendengarnya bergoyang santai. Perkembangan musik yang satu ini memang sangat pesat. Musik Reggae pun akhirnya mengalami perkembangan menjadi Roots Reggae dan Dancehall Reggae yang terjadi pada akhir tahun 1970. Nama Roots Reggae sendiri diberikan oleh para Rastafarian, yang berarti sebuah musik spiritual yang diperuntukan bagi Jah. Siapakah itu Jah? Jah berarti tuhan bagi para Rastafarian. Burning Spear, Johnny Clarke, Horace Andy, Barrington Levy, dan Linval Thompson merupakan nama-nama produser yang sangat berjasa dalam mengembangkan Roots Reggae ini. Selain memiliki irama yang menarik, lirik dari Reggae pun tidak pernah lepas dari kisah cinta, seks, dan kritikan sosial kepada pemerintahan. Jadi dapat dikatakan bahwa musik Reggae juga merupakan sebuah musik bagi para pemberontak. Terlepas dari Jamaica, musik Reggae orisinal masih dapat kita temukan di Afrika dan Kepulauan Karibia. Di kedua tempat ini Reggae memiliki pengikut dengan jumlah yang sangat besar.
Kebudayaan dua daerah yang masih lekat dengan Jamaica ini membuat Reggae tumbuh cukup pesat. Nampaknya perjuangan Reggae tidak berhenti sampai situ saja, karena secara perlahan namun pasti Reggae mulai memasuki Amerika Serikat. Tentu saja setelah melewati proses yang cukup panjang. Mungkin Anda tahu bahwa Rhythm and Blues merupakan musik kulit hitam yang tinggal di Amerika, namun Rhythm and Blues sendiri merupakan bagian dari musik Reggae yang telah mengalami perkembangan dan beberapa proses di Amerika Serikat. Beberapa pendapat miring atau pun kritikan pedas juga sempat dialami oleh jenis musik yang satu ini, namun Reggae tetap berjalan, seakan tidak ada yang mampu untuk menahannya lagi. Puncaknya ialah ketika pada tahun 1963 musik pemberontak ini akhirnya dapat diputar di tangga radio Inggris pada acara John Peel’s Show.
Musik Reggae sendiri pertama kali ditemukan di Jamaica pada akhir tahun 1960-an. Jamaica merupakan sebuah negara yang memiliki budaya yang sangat menarik untuk dicermati, dan salah satunya ialah musik. Sebenarnya tidak hanya Reggae saja yang dimiliki oleh jamaica, karena mereka juga memiliki Ska, Rocksteady, dan DUB.
Reggae sendiri memiliki beat yang cukup slow namun tetap dapat membuat pendengarnya bergoyang santai. Perkembangan musik yang satu ini memang sangat pesat. Musik Reggae pun akhirnya mengalami perkembangan menjadi Roots Reggae dan Dancehall Reggae yang terjadi pada akhir tahun 1970. Nama Roots Reggae sendiri diberikan oleh para Rastafarian, yang berarti sebuah musik spiritual yang diperuntukan bagi Jah. Siapakah itu Jah? Jah berarti tuhan bagi para Rastafarian. Burning Spear, Johnny Clarke, Horace Andy, Barrington Levy, dan Linval Thompson merupakan nama-nama produser yang sangat berjasa dalam mengembangkan Roots Reggae ini. Selain memiliki irama yang menarik, lirik dari Reggae pun tidak pernah lepas dari kisah cinta, seks, dan kritikan sosial kepada pemerintahan. Jadi dapat dikatakan bahwa musik Reggae juga merupakan sebuah musik bagi para pemberontak. Terlepas dari Jamaica, musik Reggae orisinal masih dapat kita temukan di Afrika dan Kepulauan Karibia. Di kedua tempat ini Reggae memiliki pengikut dengan jumlah yang sangat besar.
Kebudayaan dua daerah yang masih lekat dengan Jamaica ini membuat Reggae tumbuh cukup pesat. Nampaknya perjuangan Reggae tidak berhenti sampai situ saja, karena secara perlahan namun pasti Reggae mulai memasuki Amerika Serikat. Tentu saja setelah melewati proses yang cukup panjang. Mungkin Anda tahu bahwa Rhythm and Blues merupakan musik kulit hitam yang tinggal di Amerika, namun Rhythm and Blues sendiri merupakan bagian dari musik Reggae yang telah mengalami perkembangan dan beberapa proses di Amerika Serikat. Beberapa pendapat miring atau pun kritikan pedas juga sempat dialami oleh jenis musik yang satu ini, namun Reggae tetap berjalan, seakan tidak ada yang mampu untuk menahannya lagi. Puncaknya ialah ketika pada tahun 1963 musik pemberontak ini akhirnya dapat diputar di tangga radio Inggris pada acara John Peel’s Show.
Reggae And Controversy
Walaupun
telah mendunia pada tahun 1960an, Reggae tetap saja menuai kontrovesi
yang sangat banyak, para kritikus menganggap musik ini merupakan sebuah
musik yang berbahaya, baik dari lirik maupun lifestyle yang ditimbulkan
oleh jenis musik ini. Memang jika diperhatikan secara lanjut,
lifestyle yang ditimbulkan oleh musik ini sangat dahsyat. Penggunaan
cannabis alias ganja oleh para musisi Reggae banyak diikuti oleh para
pendengar dari musik ini, karena efek yang ditimbulkan oleh ganja
memang sangat cocok dengan irama musik Reggae. Bahkan tidak sedikit
yang beranggapan bahwa penggunaan cannabis atau ganja merupakan salah
satu ritual yang wajib dilakukan oleh para Rastafarian. Lihatlah cover
album Bob Marley yang berjudul “Catch a Fire”, Anda akan menemukan
gambar yang sangat vulgar, yaitu gambar sang dewa Reggae sedang
menghisap dan sangat menikmati ganja. Cover album tersebut memang
sempat menuai kritikan yang sangat pedas, namun nampaknya kebebasan
bermusik Reggae masih tidak tertandingi pada saat itu. Seorang musisi
Reggae lainnya, Peter Tosh dalam setiap penampilannya selalu memegang
ganja di salah satu tangannya dan menghisapnya ketika sedang berada di
atas panggung. Salah satu hits dari Peter Tosh yang berjudul “Legalize
It” juga sempat dikecam oleh pemerintah karena pada lagu tersebut Peter
Tosh meminta kepada pemerintah untuk melegalkan ganja.
Kontrovesi Reggae tidak berhenti hingga disitu saja, salah satu bagian dari Reggae, yaitu Dancehall juga dianggap sangat bermasalah. Dancehall sendiri merupakan sebuah musik yang diperuntukan untuk mengkritik para kaum gay. Para Rastafarian yang sangat membenci komunitas yang satu ini mulai melakukan kritikan-kritikan tajamnya melalu Dancehall, bahkan tidak sedikit berbagai kejadian yang sedikit radikal terjadi akibat dari pengaruh dari Dancehall..
Jamaican Style
Musik Reggae memang sangat lekat hubungnnya dengan Jamaica. Mungkin itu semua terjadi karena Jamaica merupakan daerah asal dari musik ini. Kerena sangat erat hubungannya tersebut, maka banyak budaya Jamaica yang diadaptasi oleh para pencinta musik yang satu ini. Cocok atau tidak cocok bagi pengadaptasinya bukan merupakan sebuah masalah, yang penting ciri khas Jamaica dan Reggae telah melekat pada keseharian para pengikut Reggae.
Rambut gimbal merupakan salah satu pengaruh dari budaya Reggae dan Jamaica yang paling mudah kita temukan. Mungkin bagi sebagian orang akan merasa jijik atau pun gerah melihat orang dengan rambut gimbal tersebut. Namun bagi para Rastafarian, hal ini lah yang mereka lakukan untuk mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah satu pencinta dari musik Reggae.
Seiring dengan perkembangan zaman, rambut gimbal pun mulai mendapatkan tempat di dunia. Banyak orang awam yang tidak begitu mengerti tentang Rastafarian ataupun musik Reggae mengadopsi gaya ini pada kesehariannya. Selain rambut gimbal, warna hijau, kuning dan merah pun cukup melambangkan warna khas dari musik Reggae.
Kontrovesi Reggae tidak berhenti hingga disitu saja, salah satu bagian dari Reggae, yaitu Dancehall juga dianggap sangat bermasalah. Dancehall sendiri merupakan sebuah musik yang diperuntukan untuk mengkritik para kaum gay. Para Rastafarian yang sangat membenci komunitas yang satu ini mulai melakukan kritikan-kritikan tajamnya melalu Dancehall, bahkan tidak sedikit berbagai kejadian yang sedikit radikal terjadi akibat dari pengaruh dari Dancehall..
Jamaican Style
Musik Reggae memang sangat lekat hubungnnya dengan Jamaica. Mungkin itu semua terjadi karena Jamaica merupakan daerah asal dari musik ini. Kerena sangat erat hubungannya tersebut, maka banyak budaya Jamaica yang diadaptasi oleh para pencinta musik yang satu ini. Cocok atau tidak cocok bagi pengadaptasinya bukan merupakan sebuah masalah, yang penting ciri khas Jamaica dan Reggae telah melekat pada keseharian para pengikut Reggae.
Rambut gimbal merupakan salah satu pengaruh dari budaya Reggae dan Jamaica yang paling mudah kita temukan. Mungkin bagi sebagian orang akan merasa jijik atau pun gerah melihat orang dengan rambut gimbal tersebut. Namun bagi para Rastafarian, hal ini lah yang mereka lakukan untuk mengungkapkan bahwa dirinya adalah salah satu pencinta dari musik Reggae.
Seiring dengan perkembangan zaman, rambut gimbal pun mulai mendapatkan tempat di dunia. Banyak orang awam yang tidak begitu mengerti tentang Rastafarian ataupun musik Reggae mengadopsi gaya ini pada kesehariannya. Selain rambut gimbal, warna hijau, kuning dan merah pun cukup melambangkan warna khas dari musik Reggae.
Bob Marley
Terlahir
dengan nama Robert Nesta Marley pada tanggal 6 Februari 1945, di sebuah
desa di Saint Anna, Jamaica, Bob Marley merupakan seorang legenda
Reggae yang tidak akan ada habisanya untuk dibicarakan. Ia merupakan
salah satu musisi yang sangat mendunia. Selain berprofesi sebagai
penyanyi, Bob Marley juga sangat piawai dalam memainkan gitar dan
menjadi seorang penulis lagu yang sangat handal.
Pada tahun 1963 Bob Marley bersama Bunny Livingston, Peter McIntosh, Junior Braithwaite, Beverly Kelso dan Cherry Smith membuat sebuah band yang bernama The Teenagers. Nama The Teenagers sendiri tidak bertahan lama dan kemudian berubah menjadi The Wailing Rudeboys yang kemudian disempurnakan menjadi The Wailers Perjalanan karier Marley sendiri berjalan seperti musisi pada umumnya. Well, memang tidak mudah untuk menjadi seorang musisi handal. Namun perjuangan Marley tersebut akhirnya mulai menghasilkan sesuatu. Beberapa hitsnya seperti “No Woman No Cry”, “Get Up Stand Up”, dan “I Shot the Sheriff” cukup melegenda di dunia.
Sayang Marley tidak lama merasakan kejayaannya tersebut. Pada bulan Juli 1977 Marley divonis menderita penyakit kanker, dan penyakit tersebut pun mulai menjalar ke beberapa bagian vital tubuhnya seperti otak dan hati yang membuatnya harus banyak beristirahat. Pada tanggal 11 Mei 1981 sang legenda Reggae ini pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan meninggalkan tiga belas anak. Walaupun telah meninggal, nama Bob Marley seakan tidak pernah lenyap dari dunia musik, khususnya musik Reggae. Bahkan musik Reggae pun semakin diterima dunia. Mungkin ini lah salah satu cara yang harus dilakukan oleh sang dewa Reggae untuk tetap menghidupkan musik Reggae. (indramunawar.blogspot.com)
Pada tahun 1963 Bob Marley bersama Bunny Livingston, Peter McIntosh, Junior Braithwaite, Beverly Kelso dan Cherry Smith membuat sebuah band yang bernama The Teenagers. Nama The Teenagers sendiri tidak bertahan lama dan kemudian berubah menjadi The Wailing Rudeboys yang kemudian disempurnakan menjadi The Wailers Perjalanan karier Marley sendiri berjalan seperti musisi pada umumnya. Well, memang tidak mudah untuk menjadi seorang musisi handal. Namun perjuangan Marley tersebut akhirnya mulai menghasilkan sesuatu. Beberapa hitsnya seperti “No Woman No Cry”, “Get Up Stand Up”, dan “I Shot the Sheriff” cukup melegenda di dunia.
Sayang Marley tidak lama merasakan kejayaannya tersebut. Pada bulan Juli 1977 Marley divonis menderita penyakit kanker, dan penyakit tersebut pun mulai menjalar ke beberapa bagian vital tubuhnya seperti otak dan hati yang membuatnya harus banyak beristirahat. Pada tanggal 11 Mei 1981 sang legenda Reggae ini pun menghembuskan nafas terakhirnya dengan meninggalkan tiga belas anak. Walaupun telah meninggal, nama Bob Marley seakan tidak pernah lenyap dari dunia musik, khususnya musik Reggae. Bahkan musik Reggae pun semakin diterima dunia. Mungkin ini lah salah satu cara yang harus dilakukan oleh sang dewa Reggae untuk tetap menghidupkan musik Reggae. (indramunawar.blogspot.com)